PROPOSAL
PTK
UPAYA
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 1 TERHADAP PEMBELAJARAN SEJARAH
DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA
DI SMA N 1
BELIK
Di
susun sebagai tugas mata pelajaran Pengembangan Inovasi
Pembelajaran
Sejarah
Oleh:
Afriko Wigyan F.
3101409043
Pend. Sejarah
Rombel :01
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu interaksi manusia antara pendidik atau guru
dengan anak didik atau siswa yang dapat menunjang pengembangan manusia
seutuhnya yang berorientasi pada nilai-nilai dan pelestarian serta pengembangan
kebudayaan yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan manusia tersebut.
Pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan
pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja
terdidik. Disamping itu pendidikan dipandang mempunyai peranan penting dalam
menjamin perkembangan dan kelangsungan bangsa. Kualitas pendidikan dapat
diketahui dari dua hal, yaitu : kualitas proses dan produk (Sudjana, 2004:35).
Pendidikan dikatakan berkualitas apabila terjadi penyelenggaraan pembelajaran
yang efektif dan efisien dengan melibatkan semua komponen-komponen pendidikan,
seperti mencakup tujuan pengajaran, guru dan peserta didik, bahan pelajaran,
strategi atau metode belajar mengajar,
alat dan sumber pelajaran serta evaluasi (Sugito, 1994:3). Komponen- komponen
tersebut dilibatkan secara langsung tanpa menonjolkan salah satu komponen saja,
akan tetapi komponen tersebut diberdayakan secara bersama-sama.
Namun, untuk menciptakan pendidikan yang efektif sangat sulit. Salah satu masalah
yang mendasar dalam dunia pendidikan adalah bagaimana usaha untuk meningkatkan
proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang efektif dan efisien,
tidak terkecuali pada pelajaran sejarah. Ada yang menyatakan bahwa memberikan
pelajaran sejarah merupakan sesuatu yang tidak masuk akal atau tidak mungkin
sama sekali, karena pelajaran sejarah bukan sebagai dasar ilmu pengetahuan,
bahkan sangat mengaburkan konsep dan prinsip sejarah. Padahal bangsa manapun di
dunia, tidak pernah ada suatu bangsa yang melupakan sejarah bangsanya,
asal-usul dan perjuangan mereka untuk hidup dan merdeka, karena sejarah
merupakan satu bagian dari kelompok ilmu yang berdiri sendiri. Tujuan yang
luhur dari sejarah adalah menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air
bangsa dan negara, serta pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap
hubungan antarbangsa dan negara, sehingga anak memahami bahwa ia merupakan
bagian dari masyarakat negara di dunia.(Kasmadi,1996:13).
Dalam proses pembelajaran sejarah di kelas XI
IPS 1 misalnya, diketahui minat siswa
dalam belajar sejarah justru sangat rendah dan lebih banyak membuat siswa
menjadi bosan. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa selama KBM, siswa banyak
yang bercerita sendiri dengan temanya dan ada siswa yang mengerjakan tugas mata
pelajaran lain sewktu gurunya menerangkan. Penyediaan buku-buku pelajaran
sejarah yang selama ini ternyata kurang efektif, karena lebih bersifat
memberikan materi instan tentang fakta sejarah kepada para siswa daripada
memberikan daya kreatif siswa untuk memahami sebuah peristiwa sejarah. Penulis
buku tidak memberikan ruang berfikir kepada siswa tentang bagaimana sebuah
fakta sejarah muncul, dan narasi sejarah disajikan. Akibatnya siswa tidak dapat
terlarut dalam sebuah narasi sejarah, sehingga siswa bosan membaca teks sejarah
di sekolah. Siswa juga jarang untuk diajak berdialog tentang bagaimana sebuah
karya sejarah dalam periode tertentu muncul. Untuk itu, pengajaran sejarah yang
hendak mewujudkan inti dan tujuanya maka perlu di buat menarik. Pengembangan
daya tarik pelajaran sejarah terutama pada pendidik sejarah, sebab di tangan
pendidik sejarah akan tampak jiwa sejarah itu. Apakah pendidikan sejarah akan
membosankan, menjenuhkan atau tidak menarik, pelajaran sejarah bersifat
menghafalkan, juga sangat di tentukan oleh pendidik sejarah (Latief,2006:100).
Dalam menerapkan model pembelajaran seharusnya melihat dari karakter
siswa yang di ajar dan tidak hanya satu metode pembelajaran yang di pakai, bisa
di ganti sesuai materi yang akan di ajarkan, hal ini agar siswa yang di ajar
tidak bosan dengan model pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan harus terus-menerus dilakukan pembaharuan baik
secara konvensional maupun inovatif. Hal ini lebih terfokus lagi setelah
diamanatkan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Selama KBM guru perlu memberdayakan seluruh potensi dirinya
sehingga sebagian besar siswa mampu mencapai kompetensi individual yang
diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Agar siswa mampu belajar sampai
pada tingkat pemahaman. Siswa mampu mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum,
teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum mampu
menerapkannya secara efektif dalam pemecahan.
Di era sekarang ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman
keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan,
menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan
kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan. Dari banyaknya
model pembelajaran yang bisa di katakan menarik adalah model pembelajaran
bentuk sosiodrama atau role playing, karena sejarah merupakan peristiwa masa
lalu yang bisa di simulasikan atau di gambarkan. Hal ini juga di dukung dengan
kebanyakan para siswa kelas XI IPS 1 yang berkeinginan menunjukan kemampuan dan
bakatnya dalam bermain peran. Metode sosiodrama ialah cara mengajar yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peran
tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (Djamarah, 2005:238).
Beberapa sarjana yaitu Gilliom, Joyce, dan Well (Supriatna et al.
2005:141) memasukkan sosiodrama sebagai bagian dari bermain peran. Namun antara
sosiodrama dan bermain peran terdapat perbedaan, perbedaan yang paling mencolok
ialah dimana bermain peran lebih luas ruang lingkupnya sedangkan sosiodrama
hanya membatasi pada permasalahan yang berkenaan dengan aspek sosial. Berdasarkan
permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk memberikan solusi bagaiamana
upaya meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. Untuk itu
penulis menggambil judul “UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 1
TERHADAP PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA DI SMA N 1
BELIK”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, maka rumusan masalahnya
adalah :
1. Apakah yang menyebabkan siswa kurang berminat dengan pembelajaran
sejarah ?
2. Bagaimana aktivitas kegiatan siswa selama pembelajaran menggunakan
metode sosiodrama ?
3. Bagaimana minat siswa dalam pembelajaran sejarah setelah menggunakan
metode sosiodrama ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui penyebab siswa kurang berminat dengan pembelajaran
sejarah.
2. Untuk mengetahui aktivitas kegiatan siswa selama pembelajaran
menggunakan metode sosiodrama.
3. Untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran sejarah setelah
menggunakan metode sosiodrama.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat teoritis
Sebagai ajang latihan untuk melatih dan mengasah intelektualitas
peneliti. Juga sebagai Sebagai pengembangan ilmu yang diperoleh penelitian dan
sebagai sarana dalam menuangkan ide secara ilmiah serta memperoleh pengalaman
dalam
penelitian.
1.4.2
Manfaat praktis
a)
Meningkatkan keterkaitan belajar
siswa terhadap pembelajaan sejarah.
b)
Membantu memudahkan siswa
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dalam sejarah.
c)
Menambah pengalaman dan
kepercayaan diri siswa dalam berperan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Kajian Teori
Kajian teoretis yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain 1) konsep minat, 2) pembelajaran sejarah, 3) dan, metode sosiodrama
2.1.1
Konsep Minat
Minat
merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk mencapai
tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu obyek, cenderung
memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada obyek tersebut.
Namun apabila obyek tersebut tidak menimbulkan rasa senang. Untuk mencapai prestasi yang baik disamping kecerdasan juga minat,
sebab tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan
efesien. Pengertian Minat menurut Tidjan (1976 :71)
adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu
obyek sebab ada perasaan senang. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa
minat itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu
obyek seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang
didahului oleh perasaan senang terhadap obyek tersebut.
Sedangkan
menurut Drs. Dimyati Mahmud (1982), Minat dalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang
menaruh perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada
yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular
oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena berpartisipasi dalam
suatu aktifitas.
Berdasarkan definisi tersebut dapatlah penulis
kemukakan bahwa minat mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1.
Minat adalah suatu gejala psikologis
2.
Adanya pemusatan perhatian, perasaan
dan pikiran dari subyek karena tertarik.
3.
Adanya perasaan senang terhadap
obyek yang menjadi sasaran.
4.
Adanya kemauan atau kecenderungan
pada diri subyek untuk melakukan
kegiatan guna mencapai tujuan.
Skinner mengungkapkan
bahwa dalam pembelajaran ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi minat belajar
dan untuk dapat mempengaruhi minat siswa maka seorang pendidik harus dapat
mengubah proses belajar yang membosankan menjadi pengalaman belajar yang
menggairahkan. Faktor yang mungkin terpenting dalam membangkitkan minat adalah
pemberian kesempatan bagi siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan
belajar. Seiring dengan pengalaman belajar yang menimbulkan kebahagiaan, minat
anak akan terus tumbuh. Apabila anak memperoleh keterikatan kepada
kegiatan-kegiatan dari pelajaran yang dialaminya, ia akan merasa senang. Oleh
karena itu minat terhadap pelajaran harus ditimbulkan di dalam diri anak,
sehingga anak terdorong untuk mempelajari berbagai ilmu yang ada di kurikulum
sekolah.
2.1.2
Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran
adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari
pengalaman baik di alami langsung maupun tidak langsung. Menurut I Gde Widja
(1989: 91) sejarah adalah studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah
dialami manusia di waktu lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di
waktu sekarang. Penekanan perhatian diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri,
dalam hal ini terutama yang bersifat khusus dari segi-segi urutan
perkembangannya yang kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah. Jadi,
pembelajaran sejarah berarti mempelajari peristiwa-peristiwa masa lalu untuk di
jadikan pengalaman guna memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Menurut Hill tujuan pengajaran sejarah
bagi siswa, yaitu :
1.
Secara unik memuaskan rasa ingin
tahu anak tentang orang lain, kehidupan, tokoh-tokoh, perbuatan dan cita-citanya yang dapat
menumbuhkan kegairahan dan kekaguman.
2.
Mewariskan kebudayaan dari umat
manusia, penghargaan terhadap sastra, seni serta cara hidup orang lain.
3.
Melatih tertib intelektual yaitu ketelitian
dalam memahami dan ekspresi, menimbang bukti, memisahkan yang penting dari yang
tidak penting, antara propaganda dan kebenaran.
4.
Melalui pelajaran sejarah dapat
dibandingkan kehidupan sekarang dan masa yang akan datang.
5.
Pelajaran sejarah memberikan
latihan dalam pemecahan masalahmasalah atau pertentangan dunia masa kini
Menurut
Depdiknas (2003), pengajaran sejarah di sekolah juga berfungsi untuk
menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat
dalam dimensi waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah
dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa
kini dan masa depan di tengah-tengah perubahan dunia.
2.1.3
Metode sosiodrama
Metode sosiodrama ialah cara mengajar
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan
peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (Djamarah, 2005:238).
Selanjutnya beberapa sarjana memasukkan dramasosial sebagai bagian dari bermain
peran, namun terdapat perbedaan antara bermain peran dengan sosiodrama, bermain
peran lebih luas ruang lingkupnya sedangkan dramasosial hanya membatasi pada
permasalahan yang berkenaan dengan aspek sosial dalam masyarakat (Supriatna,
2007:141). Kemudian menurut Prof.Dr.Oemar Hamalik bermain peranan atau teknik
sosiodrama adalah jenis teknik simulasi yang umumnya digunakan untuk pendidikan
sosial dan hubungan antarinsani. Teknik ini bertalian dengan studi kasus,
tetapi tes tersebut melibatkan individu manusia dan tingkah laku mereka
berinteraksi antarindividu tersebut dalam bentuk dramatisasi.
·
Tujuan sosiodrama sesuai dengan
jenis belajar adalah sebagai berikut :
Belajar dengan berbuat
Belajar melalui peniruan (imitasi)
Belajar melalui balikan
Belajar melalui pengkajian, penelitian, dan pengulangan.( Hamalik, 2002:199-200)
Belajar dengan berbuat
Belajar melalui peniruan (imitasi)
Belajar melalui balikan
Belajar melalui pengkajian, penelitian, dan pengulangan.( Hamalik, 2002:199-200)
·
Kelebihan dan kelemahan sosiodrama :
Kelebihan:
o
Mengembangkan kreativitas siswa
(dengan peran yang dimainkan siswa dapat berekspresi)
o
Memupuk kerjasama antara siswa.
o
Menumbuhkan bakat siswa dalam seni
drama.
o
Siswa lebih memperhatikan pelajaran
karena menghayati sendiri.
o
Memupuk keberanian berpendapat di
depan kelas.
o
Melatih siswa untuk menganalisa
masalah dan mengambil kesimpulan dalarn waktu singkat.
Kelemahan:
o
Adanya kurang kesungguhan para
pemain menyebabkan tujuan tak tercapai.
o
Pendengar (siswa yang tak berperan)
sening mentertawakan tingkah laku pemain sehingga merusak suasana.
o
Sebagian besar anak yang tidak
ikut bermain drama menjadi kurang aktif.
Sosiodrama merupakan metode mengajar dengan cara
mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk
mencapai tujuan pengajaran. Masalah hubungan sosial dalam hal ini berarti
barkaitan dalam pelajaran sejarah, kemudian didramatisasikan oleh siswa dibawah
pimpinan guru, melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah
laku dalam hubungan antara sesama manusia. Cara yang paling baik untuk memahami
nilai sosiodrama adalah Mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti penuturan
terjadinya sosiodrama dan mengikuti langkah-langkah guru pada saat memimpin
sosiodrama. Guru memberi kesempatan kepada para pendengar (siswa lain) untuk
memberikan pendapat atau mencari pemecahan dengan cara-cara lain, kemudian
diambil kesimpulan.
2.2
Kerangka Berfikir
Berdasarkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, guru dan sekolah diberi otoritas untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan potensi sekolah. KTSP bertujuan bagaimana membuat siswa
dan guru lebih aktif dalam pembelajaran serta disesuaikan dengan kepentingan
daerah. Penelitian sejarah merupakan salah satu butir pembelajaran yang ada
didalam kurikulum sejarah dengan indikator mampu menerapkan penelitian sejarah
secara sederhana dengan memperhatikan prinsip-prinsi dasar penelitian sejarah.
Materi
pelajaran sejarah yang disampaikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar
dikelas merupakan konsep-konsep yang masih bersifat abstrak atau masih dalam
tataran ide atau gagasan. Untuk itu, guru sejarah dituntut untuk menjabarkan
konsep tersebut menjadi sesuatu yang lebih nyata atau konkrit, hal ini mutlak
dilakukan oleh guru agar materi pelajaran sejarah yang diterima tidak bersifat
verbalisme semata tetapi siswa betul-betul memahami materi yang diajarkan guru.
Faktor lain yang berpengaruh pada minat belajar siswa baik dari segi nilai
perilaku adalah strategi yang digunakan guru dalam mengajar. Selama ini guru
belum melaksanakan pembelajaran sejarah secara sederhana yang dapat
meningkatkan ketertarikan siswa pada proses pembelajaran sejarah. Maka untuk
menghindarkan kebosanan pada siswa dan guru dalam penelitian ini akan
menggunakan model pembelajaran sosiodrama.
Dengan ini diharapkan siswa akan lebih tertarik dengan mata pelajaran
tersebut kemudian keinginan untuk mempelajari pelajaran itu akan semakin tinggi
sehingga minat siswa juga akan lebih meningkat. Karena model ini membuat siswa
ikut ambil bagian dalam pembelajaran, siswa berperan dalam menyelesaikan
masalah dalam drama, sehingga siswa tidak saja mengerti persoalan sosial
psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain
bila berhubungan dengan sesama manusia, seperti halnya penonton film atau
sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikut menangis pada
adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya.
Guru Penjelasan
masalah/peristiwa Siswa
yang akan di peragakan
Melakukan drama
Pemahaman materi Minat meningkat
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
2.3
Penelitian yang Relevan
Berikut ini disajikan beberapa hasil
penelitian dan kajian-kajian tentang membaca yang dapat dijadikan acuan dalam
penelitian ini.
Nur laili (2007), dalam
penelitian yang dilakukan di SD Negeri Muara Bakti 01 kelas V Kecamatan Babelan
Kabupaten Bekasi, mengkaji tentang Implementasi
Metode Sosiodrama dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri
Muara Bakti 01 kelas V Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Media sosiodrama ini ternyata mampu meningkatkan pemahaman
siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pemahaman siswa, terlihat dari hasil tes awal siswa banyak yang kurang memahami pelajaran dan hasil tes akhir siklus ternyata dengan menggunakan model sosiodrama
membuat siswa memahami pelajaran, terbukti dengan hanya ada 5 siswa yang
terlihat kurang memahami pelajaran dari 40 siswa.
Rani (2009), dalam penelitian yang dilakukan di SMP
N 1 Lembang mengkaji tentang Penerapan metode sosiodrama dalam upaya meningkatkan minat
dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah pada Siswa Kelas VII-D SMP
Negeri 1 Lembang. Pembelajaran sejarah dengan metode sosiodrama
ternyata dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa sehingga memperoleh nilai rata-rata kelas hasil pretes 5,63 meningkat
menjadi 6,73 pada siklus I dan 8,00 pada siklus II. Perubahan perilaku melalui
proses pembelajaran sejarah dengan model sosiodrama, siswa menjadi lebih serius dan aktif
mengikuti proses pembelajaran.
Burhanudin
(2006), dalam penelitian yang di lakukan di SMA Muhammadiyah 2 Mojosari
mengkaji tentang Upaya
Meningkatkan Minat Belajar Geografi Melalui Model Pembelajaran Sosiodrama Kelas
XI IPS SMA Muhammadiyah 2 Mojosari - Mojokerto. Hasil dari penelitian nontes menunjukkan
adanya perubahan yang positif, yaitu siswa yang awalnya merasa kurang
bersemangat dan berminat menjadi menyukai pembelajaran geografi, karena perubahan model mengajar guru. Kondisi ini terbukti ketika di dalam pembelajaran
diwarnai dengan keceriaan dan aktifitas para siswanya.
Berdasarkan penelitian di atas, tampak jelas bahwa kajian tentang
peningkatan minat terhadap pelajaran sejarah pernah dilakukan, salah satunya dengan
menggunakan model sosiodrama, tetapi dalam pembelajaran sejarah
dengan menggunakan model sosiodrama masih
jarang dilakukan. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang
sudah dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan model sosiodrama dalam
pembelajaran sejarah mengingat minat siswa
terhadap pelajaran sejarah masih
kurang.
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis
dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “minat siswa kelas XI IPS 1 SMA N 1 Belik
terhadap pembelajaran sejarah dapat ditingkatkan melalui penerapan model
pembelajaran sosiodrama ”.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1
Setting Penelitian
Setting peneliitian
dalam skripsi ini terdiri dari lokasi dan waktu penelitian. Lokasi PTK di lakukan
peneliti adalah di SMA N 1 Belik di Jl. Raya Belik-Watukumpul No.12 Belik,
Pemalang. Peneliti memilih SMA ini karena SMA ini siswa-siswanya terlihat
kurang berminat dengan pelajaran sejarah terutama kelas XI IPS 1, sehingga
harus di lakukan tindakan kelas. Waktu penelitian ini akan di laksanakan pada
hari selasa, 14 juni 2011. Peneliti memilih waktu itu karena pada hari itu ada
pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1.
3.2
Subyek dan Sumber Data
Subyek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 tahun ajaran 2010/1011 yang terdiri
dari 26 siswa putri dan 16 siswa putra. Sementara sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2002: 107), adalah subjek dari
mana data penelitian diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah pengamatan
terhadap siswa kelas XI IPS 1 SMA N 1 Belik semester I tahun ajaran 2010/2011, saat
berlangsungnya KBM dan dari guru yang sebelum dan setelah mengajar dengan
menggunakan metode sosiodrama.
3.3
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dibutuhkan data yang selanjutnya data tersebut dianalisa. Dalam
penelitian ini data dikumpulkan melalui teknik non tes yang terdiri atas
pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3.3.1
Pedoman Observasi
Pedoman
observasi pada penelitian ini ditekankan pada penghayatan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, baik aktifitas siswa yang berupa perilaku positif
maupun perilaku yang negatif, serta tanggapan siswa terhadap tugas sejarah yang
diberikan oleh guru.
3.3.2
Wawancara
Wawancara
pada penelitian ini yaitu dengan guru sejarah yang mengajar kelas XI IPS 1 SMA
N 1 Belik, baik sebelum maupun sesudah pembelajaran menggunakan metode
sosiodrama.
3.3.3
Dokumentasi
Teknik
dokumentasi ini digunakan sebagai bukti peristiwa dalam proses pembelajaran.
Dokumentasi digunakan untuk merekam kegiatan selama proses pembelajaran
berlangsung. Dokumentasi dalam penelitian ini berisi aktifitas-aktifitas yang
dilakukan oleh siswa dan guru selama proses pembelajaran menyusun penelitian
sejarah secara sederhana berlangsung.
3.4
Validitas data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 1998 : 160). Suatu
instrumen disebut valid apabila instrumen tersebut sudah mampu mengungkap apa
yang hendak diukur dengan tepat. Untuk menguji validitas penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik
trianggluasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2002:178).
Menurut Sugiyono (2006:330) triangulasi
teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama. Adapun trianggulasi teknik
ditempuh melalui langkah-langkah yaitu
Peneliti menggunakan observasi, wawancara mendalam, Serta dokumentasi
untuk sumber data yang sama secara serempak. Dari ketiga teknik pengumpul data
tersebut kemudian di cari data yang sesuai.
3.5
Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang
terkumpul dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
3.5.1
Teknik Kuantitatif
Data ini
diperoleh dari hasil tes penyusunan hasil penelitian sejarah secara sederhana
yang diperoleh dari siswa. Besarnya persentase peningkatan minat siswa didapat
melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a)
merekap hasil perubahan minat dari
siswa
b)
menghitung nilai rata-rata
c)
menghitung persentase
3.5.2
Teknik Kualitatif
Teknik
kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran perilaku siswa dalam
pembelajaran sejarah dengan materi langkah-langkah penelitian sejarah secara
sederhana dengan mengacu pada data non tes berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Data non tes tersebut dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan
menilai, mengklasifikasikan dan mendeskripsikan atau menginterpretasi seluruh
data yang diperoleh melalui pengamatan, jurnal dan dokumentasi.
3.6
Indikator Kerja
Indikator kinerja adalah ukuran
kuantitatif dan kualitataif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran
atau tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu indikator kinerja harus merupakan
sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk
menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan (ex-ante),
tahap pelaksanaan (on-going), maupun tahap setelah kegiatan selesai dan
berfungsi (ex-post). PTK ini di katakan berhasil apabila terjadi
peningkatan minat siswa terhadap pelajaran sejarah sekurang-kurangnya 85 % atau 34 siswa dari 40 siswa menjadi berminat
terhadap pelajaran sejarah.
3.7
Prosedur Penelitian
Penelitian
di laksanakan dalam satu siklus, siklus tersebut terdiri dari beberapa tahapan
yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
3.7.1
Pelaksanaan siklus 1
a. Perencanaan Tindakan : Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan siklus I,
dilakukan observasi dan
wawancara sebagai kegiatan awal. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh minat siswa dalam pelajaran sejarah. Pada tahap siklus
I dilakukan penyusunan rencana kegiatan, dengan menentukan langkah-langkah yang
dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Masalah yang dialami dalam
pembelajaran sejarah selama ini terletak pada minat siswa sendiri
terhadap pelajaran sejarah yang kurang. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
dengan menerapkan menggunakan model pembelajaran sosiodrama melalui teknik latihan terbimbing dengan
langkah-langkah seperti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat, dan
menyiapkan naskah yang
akan di tampilkan.
b. Pelaksanaan Tindakan : Tindakan yang akan
dilakukan secara garis besar adalah pembelajaran sejarah dengan menggunakan model sosiodrama.
Pada tehap ini pertama siswa di kondisikan untuk mengikuti pelajaran,
kemudian guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai
tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Lalu setelah siswa siap, siswa di minta untuk menampilkan drama dengan
menggunakan naskah yang telah di persiapkan sebelumnya yang berkaitan dengan
sejarah. Setelah siswa sselesai manampilkan drama, guru bersama siswa melakukan
refleksi terhadap drama bersejarah yang baru di tampilkan.
c. Pengamatan : Pengamatan
dilakukan
dengan mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan respon
siswa terhadap pembelajaran yang ada. Pengamatan dilakukan dengan mengambil
data, berupa data nontes. Data
nontes diambil pada saat pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran
selesai.
d. Refleksi : Refleksi dilakukan untuk menganalisis hasil kegiatan pada siklus I dengan tujuan untuk mengetahui hasil
atau dampak pelaksanaan tindakan. Dari hasil refleksi tersebut dapat disusun
perbaikan rencana pembelajaran untuk siklus II. Masalah-masalah pada siklus I
dicari pemecahannya, sedangkan kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan pada
siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktek, Edisis Revisi
V. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas.
2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2005. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Kasmadi,
Hartono. 1996. Model-Model dalam
Pembelajaran Sejarah. Semarang :IKIP Semarang Press.
Moleong, Lexy. J. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ni’mah,
Evi Masluhatun.2007.Skripsi : Efektivitas Model Pembelajaran Think-Pair-Share
Dalam Mata Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Semarang.Semarang
: UNNES Press.
Sudjana, Nana.2004. Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sulistyo,
Basuki Dwi.2007. Skripsi: Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Pembelajaran IPS Sejarah Di SMP
Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Semarang: UNNES Press.
Widja, I Gde.1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi serta Metode
Pengajaran Sejarah. Jakarta : Depdikbud.
Windrayani. 2005. Skripsi : Kesiapan Guru Sejarah SMA dalam
Menghadapi Pelaksanaan Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensidi Kabupaten Cilacap.
Semarang : UNNES Press.
Sumber Internet:
http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/16/metode-sosiodrama-dan-bermain-peranan-role-playing-method/. ( Di akses tgl 30 mei 2011)